Lega
sich boleh dikata, namun kadang kami merasakan ada semacam hentakan yang
membuat kiprah kami tak bisa binal di kandang profesi sendiri. Sekalipun
akhirnya bisa mengantongi sebuah tampilan yaitu edisi 43 ini, bukan berarti tak
berada di jalan terjal berkelok. Problematika yang bernama penyakit malas, lupa
dan saling berkelit selalu datang bertubi-tubi hingga silih berganti menghampiri
setiap lorong yang mestinya kelar tepat pada waktunya. Tetapi fakta telah berbicara
pada alur sebaliknya.
Sambutan Pemimpin Redaksi
Sambutan Pemimpin Redaksi
Asalamualaikum
Wr.Wb
3 DIVA - Kedisiplinan Awal Keberhasilan
Kedisiplinan Awal Keberhasilan
Guru
kita yang sering disebut Tiga Diva? Yupz…
mereka adalah Bu Sri Handayani, Bu Darmi Iriansih, dan Bu Retno Iswahyuti. Kalau
mendengar nama itu pasti yang terbayang di benak kalian adalah keras. Eits…
tapi tunggu dulu, beliau tidak seperti yang kalian kira kok. Mau tahu, simak yukz..!
Yang
pertama adalah Bu Sri Handayani yang akrab disapa Bu Anik. Ibu kelahiran Surabaya, 18 Mei 1960 ini mulai mengajar di Smanti tahun 1984.
Awalnya beliau mengajar mata pelajaran Matematika,
dan pada tahun 1988 beliau mulai mengajar mata
pelajaran Fisika sampai sekarang.
Yang
kedua adalah Bu Darmi Iriansih Aminah yang sering dipanggil dengan sebutan Bu Darmi. Beliau lahir di Surabaya tepatnya tanggal 2
Februari 1962. Beliau telah memiliki jam terbang 23 tahun sebagai
guru kimia di Smanti. Jadi tidak heran jika beliau dikatakan sebagai guru kimia
senior.
BAHASAN UTAMA
Tumbuhkan Semangat Nasionalisme
Oleh : Galuh Candra XI IA4
Berbicara tentang nasionalisme
tak lengkap jika tidak membahas generasi muda.
Bagaimana sebenarnya karakter
dan kepedulian generasi muda terhadap nasionalisme?
Masihkah mereka menjunjung
tinggi sikap mencintai tanah air?
Ataukah mereka acuh terhadap
tanah airnya sendiri?
Nasionalisme
merupakan suatu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah
negara. Menurut para ilmuwan politik, teori nasionalisme dibagi menjadi
beberapa bentuk atau elemen di antaranya nasionalisme kewarganegaraan (atau
nasionalisme sipil) oleh Jacques Rousseau, nasionalisme etnis oleh Johann
Gottfried von Herder, nasinalisme romantik yang merupakan lanjutan dari
nasionalisme etnis, nasionalisme budaya, nasionalisme kenegaraan, dan
nasionalismr agama.
Berbagai
perwujudan sikap nasionalisme salah satunya adalah mencintai produk dalam
negeri dan mengenal keanekaragaman dalam negerinya sendiri. Namun pada
kenyataannya, anak muda zaman sekarang tak banyak yang benar-benar mencintai
negerinya sendiri. Contohnya saja anak muda zaman sekarang cenderung menyukai
budaya barat dibandingkan dengan budaya negara mereka sendiri. Untuk era
sekarang ini banyak anak muda yang yang menyukai lagu-lagu barat dan tarian
barat seperti suffle dance dan break dance. Mungkin saja sekarang
banyak anak muda yang tidak tahu lagu daerha di mana ia tinggal. Padahal untuk
memulai mencintai tanah airnya sendiri bisa dimulai dari hal kecil sekalipun.
LIPUTAN EKSKLUSIF
H. MUSRIONO, S.Pd
Nglurug Tanpa Bala, Menehi Tanpa Kelangan,
Menang Tanpa Ngasorake,
Bapak H. Musriono, S.Pd dan Ibu Neneng Radiana
berpose dengan keluarga (anak dan cucu)
|
Sahabat pembaca, pagi-pagi nian, ketika para siswa baru memulai
pelajaran kita tentu senantiasa mengenali langkah beliau yang santun yang
menyapa beberapa siswa yang akan belajar. Sikap disiplin namun santun itulah
yang tertanam dalam sosok beliau, figur eksklusif yang akan kita angkat dalam
edisi Ria Air kali ini, yaitu Bapak Haji Musriono, S.Pd.
Bapak Haji Musriono, S.Pd, mengawali kariernya sebagai guru mulai
tanggal 19 Januari 1971. Pengalaman mengajar selama 41 tahun menjadikan beliau
begitu sabar, tenang namun tegas dalam menghadapi masalah. Konsep demokratis
beliau terapkan dalam setiap pengambilan keputusan. Nuansa sejuk dan
agamis menjadi begitu terasa semenjak beliau
mengabdi sebagai Kepala Sekolah di sekolah kita selama hampir tiga tahun ini.
Murid-murid putri tampak santun dengan rok panjang, masjid yang lebih rapi
dengan tirainya yang kokoh dan teras depan ruang administrasi yang nampak
indah, rapi menjadi tempat yang menyenangkan bagi para tamu yang datang.
Banyak
sekali pelajaran hidup, cita-cita dan semangat yang patut kita pelajari.
Sekarang yuk kita simak perjalanan hidup beliau yang sarat makna ini.
JAVAMANIA
ADIGANG ADIGUNG ADIGUNA
Oleh: Dra. Mamik Minarti
Bangsa
Indonesia, mligine kang urip ing bebrayan Jawa nduweni rerasa kang alus sarta
tenggang rasa kang dhuwur. Mula saka iku dheweke ora nyenengi wong kang
gumedhe, yaiku wong kang congkak, pongah, takabur, ngunggul unggulake awake
dhewe kanthi linuwih lan ngremehake wong liya. Ing bebrayan agung Jawa, watak
kang kaya mangkono iku dianggep watak kang ala lan sabisa bisa didohi amarga
bisa ndadekake memala ing bebrayan agung.
Miturut
wong Jawa, wong kang gumedhe iku nduweni watak kayadene unen-unen “Adigang
Adigung Adiguna”. Tegese, watak ngunggul unggulake kakuatan, kaluhuran lan
kapinteran kang diduweni.Paribasan iki ngelingake menawa kaluwihan kang
diduweni sawijining wong iku kerep ndadekake wong iku dadi gumedhe, lan ing
pungkasane ndadekake memala tumrap dheweke lan wong liya.
Sejatine
kaluwihan kang diduweni wong iku bisa “migunani” lan bisa uga “mbebayani”. Bisa
migunani manawa digunakake kanggo kabecikan, nanging bisa mbebayani manawa
digunakake kanggo tumindak kang ala.Tuladhane, barang kang landhep kaya dene
peso, arit, bendho lan liya liyane. Peso iku pancen kudu landhep supaya gampang
kanggo ngiris daging utawa sayur nalika masak. Nanging, yen carane nggunakake
sembrana bisa natoni driji. Luwih saka iku, amarga landhep, kuat lan lancip,
peso bisa disalahgunakake kanggo mateni wong.
Langganan:
Postingan (Atom)