Lega
sich boleh dikata, namun kadang kami merasakan ada semacam hentakan yang
membuat kiprah kami tak bisa binal di kandang profesi sendiri. Sekalipun
akhirnya bisa mengantongi sebuah tampilan yaitu edisi 43 ini, bukan berarti tak
berada di jalan terjal berkelok. Problematika yang bernama penyakit malas, lupa
dan saling berkelit selalu datang bertubi-tubi hingga silih berganti menghampiri
setiap lorong yang mestinya kelar tepat pada waktunya. Tetapi fakta telah berbicara
pada alur sebaliknya.
Dari
fakta-fakta itulah kami sebagai penjaga gawang Ria Air kadang tak sadar dan
terpaksa keluar kata-kata yang mestinya tak pantas diucapkan. Namun segala
sesuatu itu telah berlalu, untuk itu biarlah lewat begitu saja. Yang penting
mari kita kais, mari kita jumput, dan mari kita buka lembaran-lembaran putih
agar ke depan menjadi lebih tertata dan lebih bermakna.
Kami
sadar, apa yang dilakukan manusia di muka bumi ini tentu tidak bisa lepas dari kekurangan
maupun khilaf. Oleh karena itu tak ada jurus yang paling ampuh, yang pantas
kami sampaikan khususnya kepada cewek-cewek manja pengusung tema edisi 43 ini kecuali
satu kata yaitu “maaf.” Jika kami didesak untuk menambah serangkaian kata
berikutnya, maka kami tetap bersiteguh dengan menyuguhkan dua buah kata saja
yaitu “maaf” dan “maaf.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar