BUMI MANUSIA (2019)

            1. IDENTITAS FILM



(Link Cover Bumi Manusia)
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fid.wikipedia.org%2Fwiki%2FBumi_Manusia_(film)&psig=AOvVaw0V8a2oh1z4uclyyItz2fPa&ust=1605872140515000&source=images&cd=vfe&ved=0CAIQjRxqFwoTCPDPtYjCju0CFQAAAAAdAAAAABAD

Judul Film            : Bumi Manusia

Sutradara              : Hanung Bramantyo

Produser               : Frederica 

Penulis                  : - Hanung  Bramantyo

                                - Salman Aristo

Pemeran               :  - Iqbal Ramadhan

                    - Mawar Eva de Jongh

                    - Shaine Febrianti

                    - Ayu Laksmi

                   - Denny Damara

                   - Bryan Domani

                   - Giorgino Abraham

                   - Jerome Kurniawan

Produksi              : Fa lcon Pictures

Rilis                    : 9 Agustus 2019

Durasi                 : 181 menit

            2. SINOPSIS

Film ini menceritakan kisah Minke dan kemajuan Eropa dan perjuangan membela tanah airnya serta hubungannya dengan Annelies. Film yang mengisahkan perjuangan dengan gaya drama kolosal yang sangat kompleks. Bumi Manusia  adalah kisah perjuangan seorang Pribumi yang menuntut keadilan baginya, bagi mertuanya dan bagi bangsanya. Perjuangan yang akhirnya menjadi pertentangan antara Hukum Eropa dan Hukum Islam.

 Inilah kisah Minke dan Annelies. Cinta yang hadir di hati Minke untuk Annelies, membuatnya mengalami kegelisahan batin tak berkesudahan. Dia, pemuda pribumi, Jawa totok. Sementara Annelies, gadis Indo Belanda anak seorang Nyai. Bapak Minke yang baru saja diangkat jadi Bupati, tak pernah setuju Minke dekat dengan keluarga Nyai, sebab posisi Nyai di masa itu dianggap sama rendah dengan binatang peliharaan.Secara garis besar, cerita berkisah tentang percintaan antara Minke dan Annalies Mellema yang juga menjadi pengikat cerita. Dalam perjalanannya, penonton akan melihat Minke, seorang Jawa totok yang dekat dengan kehidupan bangsa kolonial, dalam hal ini keluarga Annalies, yang merupakan blasteran Indonesia-Belanda. Mellema, ayah Annalies dari Belanda, sementara Nyai Ontosoroh , ibunya yang seorang gundik asli Jawa. Minke bukanlah nama aslinya,itu sebuah hinaan yang diucapkan bangsa kolonial. Ada yang beranggapan Minke merupakan plesetan dari kata monkey atau monyet. Nama ama asli Minke adalah Tirto Adhi Soerjo. Sebenarnya ayah Minke cukup terpandang. Dia baru saja menjadi bupati. Namun tetap saja, ayah Minke tidak suka kedekatannya dengan Ontosoroh. Kala itu, derajat gundik sama dengan hewan peliharaan. Namun Minke berpandangan lain.

Kedekatannya dengan Nyai Ontosoroh membuka pandangannya tentang dunia Eropa. Nyai Ontosoroh juga cerminan budaya Eropa yang sedang diperbincangkan saat itu. Berbeda dengan pemikiran Eropa, Nyai Ontosoroh menimbulkan api perlawanan terhadap penindasan. Tidak peduli walaupun mereka merupakan Jawa tulen. Perjuangan yang dimulai saat pengadilan akan menggugat status Annalies dari pengasuhan Nyai Ontosoroh.

3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN 

Pemilihan pemain utama yakni Iqbaal Ramadhan tampaknya memang belum terlalu dewasa untuk memerankan karakter ini, namun dari segi komersil, nama Iqbaal diperlukan untuk menarik penonton millennial. Emosi yang disuguhkan dalam film ini kurang maksimal.Tapi, penyelamat film ini yakni Sha Ine Febriyanti,dia adalah pemain senior yang berperan sebagai Nyai Ontosoroh.

            Mengenyampingkan berbagai reduksi dari novel, sebenarnya tidak ada yang aneh dari film ini, hanya memang ada yang kurang. Namun, satu yang perlu dirayakan melalui film ini, Hanung Bramantyo berhasil menyampaikan pesan menohok mengenai kesenjangan pribumi dan bangsa barat, sehingga ceritanya tidak lagi banyak berfokus penuh pada romansa layaknya film-film terdahulunya.

Meski memiliki kekurangan, film Bumi Manusia patut dirayakan sebagai sebuah mahakarya besar di dunia perfilman.

4. PENDAPAT

Jika dilihat dari alur cerita dan plot,film ini baik-baik saja.Hanya saja untuk beberapa bagian terasa lambat dan mengakibatkan penonton bosan. Dialog-dialog nya yang menggunakan bahasa Jawa Belanda diselingi dialog romantis menjadi ciri khas dari film ini.

Iqbal memang punya daya tarik tersendiri.Namun,yang mencuri perhatian adalah Sha Ine Febriyanti yang berperan menjadi Nyai Ontosoroh.Ine tampil baik memainkan karakter wanita jawa yang berada dalam fase-fase sulit hidupnya. Kehidupan yang keras namun terus berjuang demi haknya sebagai seorang manusia dan wanita. Ketika kamera menyorot tatapan matanya,penonton sudah langsung bisa merasakan bagaimana karakter ini begitu kuat menampilkan perannya.

Set desain film ini sangat baik.Visual budaya,tempat,alat transportasi hingga gestur tubuh menjadi pelengkap desain filmnya. Suasana kolonial begitu sangat kuat,penggunaan warna yang terkesan vintage juga menjadikan film ini menggambarkan kehidupan masalalu. Semua dikombinasi dengan gaya sinematografi yang baik.Scoring musik memang membuat penonton berada dalam suasana masa lalu.Ditengah hiru pikuk kekalutan tatanan sosial masyarakat yang kasar dan perihnya mempertahankan sesuatu yang dicintai.

5. KESIMPULAN

Film ini sangat direkomendasikan untuk ditonton.Film yang mengandung pesan semangat bagaimana menjadi Indonesia.Yakni bagaimana menjadi Indonesia yang modern,yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Menjadi Indonesia bukan menjadi primodial,menjadi nasionalisme yang merasa paling benar,ataupun paling kaya.Tapi menyadari bahwa Indonesia itu setara dengan bangsa lain.

 

                                                                       Oleh Siti Nur Rohmah (X MIPA 1)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar